Rektor Universitas Indonesia (UI)
Muhammad Anis menilai, sebaiknya SNMPTN dihapus. Dia lebih memilih ujian tulis
karena siswa lebih bebas berkompetisi masuk kampus negeri.
Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) memberi kesempatan siswa SMA/sederajat mendaftar ke
kampus negeri tanpa ujian tulis. Seleksi dilakukan dengan melihat rekam
akademis siswa selama di sekolah, termasuk prestasi kokurikuler.
Seleksi ini menurut nya dianggap tidak
transparan lantaran banyak siswa dengan nilai baik tidak masuk peringkatan yang layak mendaftar SNMPTN 2016. Bahkan ribuan orang menandatangani
petisi yang mempertanyakan transparansi seleksi pada jalur undangan tersebut.
"Saya sih lebih senang dengan
ujian tulis daripada undangan. Dari dulu saya sudah teriak-teriak kalau kuota
SNMPTN 50 persen itu terlalu tinggi," jelasnya.
Anis menjelaskan, pemerintah
menyediakan jalur undangan hanya untuk mengapresiasi siswa yang berprestasi
tinggi. Namun dia tetap lebih memilih ujian tulis karena jalur ini menjadikan
semua lulusan sekolah menengah untuk bebas berkompetisi.
Di saat yang sama, Anis masih tidak
percaya dengan seleksi rapor karena terlalu banyak strategi yang dilakukan
sekolah untuk meluluskan siswanya, salah satunya dengan manipulasi nilai.
"Oleh karena itu, jika pemerintah masih ingin membuka jalur undangan
sebaiknya kuotanya diturunkan hingga 30 persen saja," tandas Anis.
Melalui platform petisi berpengguna
70 juta orang Change.org, pemetisi yang menamakan dirinya Angkatan 2016 meminta
pemerintah untuk menyelamatkan calon mahasiswa dari proses seleksi SNMPTN 2016
yang tidak transparan.
Petisi bertajuk "Muhammad Nasir
Selamatkan Angkatan 2016 dari Kesalahan Sistem SNMPTN" itu menyebutkan,
banyak siswa yang sebenarnya layak mengikuti seleksi namun digagalkan. Padahal
mereka menilai mempunyai nilai tertinggi dan layak ikut SNMPTN 2016.
*.dikutip dari Change.org
No comments :
Post a Comment