'',, Selamat Diwisudah kepada kawan-kawan ILmu Komunikasi 2011 UIN Alauddin Makassar, semoga ilmu dan gelarnya bermanfaat untuk bangsa dan negara ' ''

Saturday 12 March 2016

''Gelar akademik Untuk Undangan nikah''




            Kawan-kawan disini pasti pernah mendengar yang namanya undangan, atau bahkan menerima undangan. Undangan sendiri sebenarnya adalah satu bentuk cara yang dilakukan untuk memanggil atau mengajak seseorang dengan  maksud untuk menghadiri, atau mengikuti suatu rangkaian kegiatan yang bentuknya formal. Dalam bentuyk formal sendiri undanangan berbentuk surat dan dilampirkan didalam amplop. Amplopnya pun berbeda-beda liat saja seperti undangan ulang tahun, undangan seminar atau ujian (Ini Pasti mahasiswa -_-“), dan bahkan undangan nikah. Kalau yang paling bagus amplopnya yah pasti undangan nikah. Momen setahun seumur hidup katanya. Dan di Indonesia, pernikahan memang terjadi bukan hanya untuk dua orang saja, tapi sebuah penyatuan dua keluarga besar. Dan tidak heran banyak orang yang rela untuk mengeluarkan banyak uang untuk membuat pesta pernikahan yang megah. Kalau di untuk suku Makassar dan bugis biasanya harus ada elektonnya, sama biduannya, sama penarinya, sama artis kalo bisa. 
Namun kawan-kawan yang lebih menarik dari pernikahan Indonesia, yaitu undangannya. Tidak hanya nama mempelai dan kedua orangtua yang tercantum di sana, tapi juga gelar akademis mereka. Misalnya Sarjana Teknik dan Sarjana Komunikasi menikah, maka akan ditulis Muhammad Maulana S.T dan Dian Maharani S.Ikom. Itu kalau baru S1 (dan si Dian ini mahasiswa ilmu komunikasi dari kampus swasta, kalo negeri pasti S.Sos),  belum lagi kalau ada gelar Master maupun Ph.D dan lain-lain. Padahal di luar negeri tidak pernah ada budaya seperti ini. Penulisan undangan dengan memakai gelar akamdemik orang yang diundang. Misalnya Eric lulusan Harvard jurusan ilmu pertanian, dan Karen Fox dari North California University. Ya tetap saja di undangan mereka hanya tertera nama Eric dan Karen  saja. Tapi apakah memang di Harvard ada Ilmu Pertanian?? (-_-“).
Kalo di Indonesia sendiri kebanyakan memang setiap acara nikah. Pasti mencantumkan gelar akademisnya, namun beberapa waktu yang lalu, acara nikahan anak presiden kita Selvi ananda dan Gibran RakaBuming Raka terlihat nama undangannya yang terlampir nama dua mempelainya tidak dicantumkan gelar akademiknya. Mungkin bentuk kontribusi terbaru. Kalo menurut saya seperti itu.
Tapi apakah kawan-kawan pernah berpikir, kayaknya  orang Indonesia memang suka membuat suatu rangkaian yang formal disaat acara yang tidak  formal,dan begitupun sebaliknya.Lalu, apa sebenarnya alasan orang Indonesia suka menyelipkan gelar akademisnya di undangan nikah?
Nah  Ini jawabannya, seperti yang saya himpun dari brilio.net yang secara tak sengaja saya liat di time line LINE  saya. Jawabannya yang saya rangkum seperti berikut:

Ø    Selesai lulus dari kuliah yang tinggi-tinggi, tentu kita juga patut merasa bangga dengan gelar akademik, Bisa sekolah sampai selesai, perjuangan merampungkan tugas-tugas kuliah, belum lagi jungkir balik nyelesein skripsi tentu jadi suatu kebanggaan buat banyak orang. Memang sih, saya rasa mudah buat mendapatkan gelar yang dirasa cukup prestisius tersebut. Apalagi kalau kamu ternyata nantinya tidak cuma punya gelar sarjana, tapi juga gelar Master dan Ph.D, bisa berlipat-lipat bangganya! (saya sendiri subhanaAllah sekalimi kalo itu kudapat).

Ø    Yang berikutnya, Itu tandanya kamu tidak sebedoh orang lain yang kuliah bertahun-tahun tapi tidak mempunyai gelar. Walaupun memang kamu tak sejenius Stephen Hawking, setidaknya kamu berhasil mencetak karya yang disebut dengan skripsi! Dan hasil dari skripsi kamu bisa di wisudah, dan hasil dari wisudah mendapatkan gelar. Dan nama serta gelar kamu akan berlabuh di lampiran undangan. 

Ø    Permintaan orangtua kamu bisa sekolah sampai perguruan tinggi, itu orangtuamu banting tulang untuk membiayainya! Walaupun mungkin kamu dan pasanganmu merasa enggan mencantumkan gelar tersebut, tapi apa daya orangtuamu memaksa. Daripada berdebat soal undangan, kamu pun memilihuntuk menurut saja. 

Ø    Gelar tersebut menandakan kamu sudah mapan dan matang dalam berumah tangga. Siapa yang tidak tahu? Gelar akademis adalah bekal utama menuju masa depan yang lebih terjamin dan mapan. Kamu pikir kenapa orangtuamu capek-capek nyekolahin anak sampai tinggi? Biar pinter? Tidak seperti yang kau bayangkan, biar gampang dapet kerja dan penghasilan yang oke! Nah, jadi kalau seorang calon mempelai udah punya gelar akademis, artinya dia cukup prospektif buat membangun masa depan yang mapan. 

Ø    Jika kedua mempelai sama-sama memiliki gelar, dianggap sepadan dan serasi. Walaupun sebenernya tidak ada hubungan antara gelar dengan kehidupan rumah tangga nantinya, tapi tidak dipungkiri juga jika keduanya memiliki gelar, banyak orang akan menganggap keduanya serasi. 

"Wah, itu yang laki-laki lulusan S2 Teknik, yang perempuan S2 Ekonomi. Pasti nanti anaknya pinter-pinter!". Seneng juga kan kalau ada yang komentar seperti itu? 

Ø    Bisa membuka relasi dengan orang lain kita tidak harus berpikiran negatif, dengan mencantumkan gelarmu di undangan bisa mendatangkan relasiyang baik tau membuka jaringan kerja. Tamu undangan yang melihat bidang pendidikanmu yang mungkin mempunyai bidang yang linier, bisa saja menawarkan kamu kerjaan dengan prospek yang lebih cerah.

Dan terlebih dari itu semua saya sendiri kalo ditanya nanti untuk menikah belum tentu akan saya cantumkan gelar saya. Sebab kenapa. Karna samapai sekarang skripsi saya saja belum selesai, masih sementara bimbingan untuk siding hasil. Tapi si doi sudah punya lah gelarnya sendiri.
Mudah-mudahan tulisannya bermnanfaat. Dan menjadi berkah untuk kita semua.




No comments :