Kawan-kawan
disini pasti pernah mendengar yang namanya undangan, atau bahkan menerima
undangan. Undangan sendiri sebenarnya adalah satu bentuk cara yang dilakukan
untuk memanggil atau mengajak seseorang dengan maksud untuk menghadiri, atau mengikuti suatu
rangkaian kegiatan yang bentuknya formal. Dalam bentuyk formal sendiri
undanangan berbentuk surat dan dilampirkan didalam amplop. Amplopnya pun berbeda-beda
liat saja seperti undangan ulang tahun, undangan seminar atau ujian (Ini Pasti
mahasiswa -_-“), dan bahkan undangan nikah. Kalau yang paling bagus amplopnya
yah pasti undangan nikah. Momen setahun seumur hidup katanya. Dan di Indonesia,
pernikahan memang terjadi bukan hanya untuk dua orang saja, tapi sebuah
penyatuan dua keluarga besar. Dan tidak heran banyak orang yang rela untuk
mengeluarkan banyak uang untuk membuat pesta pernikahan yang megah. Kalau di
untuk suku Makassar dan bugis biasanya harus ada elektonnya, sama biduannya,
sama penarinya, sama artis kalo bisa.
Namun
kawan-kawan yang lebih menarik dari pernikahan Indonesia, yaitu undangannya. Tidak
hanya nama mempelai dan kedua orangtua yang tercantum di sana, tapi juga gelar
akademis mereka. Misalnya Sarjana Teknik dan Sarjana Komunikasi menikah, maka
akan ditulis Muhammad Maulana S.T dan Dian Maharani S.Ikom. Itu kalau baru S1
(dan si Dian ini mahasiswa ilmu komunikasi dari kampus swasta, kalo negeri
pasti S.Sos), belum lagi kalau ada gelar
Master maupun Ph.D dan lain-lain. Padahal di luar negeri tidak pernah ada
budaya seperti ini. Penulisan undangan dengan memakai gelar akamdemik orang
yang diundang. Misalnya Eric lulusan Harvard jurusan ilmu pertanian, dan Karen
Fox dari North California University. Ya tetap saja di undangan mereka hanya tertera
nama Eric dan Karen saja. Tapi apakah
memang di Harvard ada Ilmu Pertanian?? (-_-“).
Kalo
di Indonesia sendiri kebanyakan memang setiap acara nikah. Pasti mencantumkan
gelar akademisnya, namun beberapa waktu yang lalu, acara nikahan anak presiden
kita Selvi ananda dan Gibran RakaBuming Raka terlihat nama undangannya yang
terlampir nama dua mempelainya tidak dicantumkan gelar akademiknya. Mungkin bentuk
kontribusi terbaru. Kalo menurut saya seperti itu.
Tapi
apakah kawan-kawan pernah berpikir, kayaknya orang Indonesia memang suka membuat suatu
rangkaian yang formal disaat acara yang tidak formal,dan begitupun sebaliknya.Lalu, apa sebenarnya
alasan orang Indonesia suka menyelipkan gelar akademisnya di undangan nikah?
Nah Ini jawabannya, seperti yang saya himpun dari brilio.net yang secara tak sengaja
saya liat di time line LINE saya. Jawabannya
yang saya rangkum seperti berikut:
Ø Selesai lulus dari kuliah yang tinggi-tinggi, tentu kita
juga patut merasa bangga dengan gelar akademik, Bisa sekolah sampai selesai,
perjuangan merampungkan tugas-tugas kuliah, belum lagi jungkir balik nyelesein
skripsi tentu jadi suatu kebanggaan buat banyak orang. Memang sih, saya rasa mudah
buat mendapatkan gelar yang dirasa cukup prestisius tersebut. Apalagi kalau
kamu ternyata nantinya tidak cuma punya gelar sarjana, tapi juga gelar Master
dan Ph.D, bisa berlipat-lipat bangganya! (saya sendiri subhanaAllah sekalimi
kalo itu kudapat).
Ø Yang berikutnya, Itu tandanya kamu tidak sebedoh orang lain
yang kuliah bertahun-tahun tapi tidak mempunyai gelar. Walaupun memang kamu tak
sejenius Stephen Hawking, setidaknya kamu berhasil mencetak karya yang disebut
dengan skripsi! Dan hasil dari skripsi kamu bisa di wisudah, dan hasil dari
wisudah mendapatkan gelar. Dan nama serta gelar kamu akan berlabuh di lampiran
undangan.
Ø Permintaan orangtua kamu bisa sekolah sampai perguruan
tinggi, itu orangtuamu banting tulang untuk membiayainya! Walaupun mungkin kamu
dan pasanganmu merasa enggan mencantumkan gelar tersebut, tapi apa daya
orangtuamu memaksa. Daripada berdebat soal undangan, kamu pun memilihuntuk
menurut saja.
Ø Gelar tersebut menandakan kamu sudah mapan dan matang dalam
berumah tangga. Siapa yang tidak tahu? Gelar akademis adalah bekal utama menuju
masa depan yang lebih terjamin dan mapan. Kamu pikir kenapa orangtuamu
capek-capek nyekolahin anak sampai tinggi? Biar pinter? Tidak seperti yang kau
bayangkan, biar gampang dapet kerja dan penghasilan yang oke! Nah, jadi kalau
seorang calon mempelai udah punya gelar akademis, artinya dia cukup prospektif
buat membangun masa depan yang mapan.
Ø Jika kedua mempelai sama-sama memiliki gelar, dianggap
sepadan dan serasi. Walaupun sebenernya tidak ada hubungan antara gelar dengan
kehidupan rumah tangga nantinya, tapi tidak dipungkiri juga jika keduanya
memiliki gelar, banyak orang akan menganggap keduanya serasi.
"Wah, itu yang laki-laki
lulusan S2 Teknik, yang perempuan S2 Ekonomi. Pasti nanti anaknya
pinter-pinter!". Seneng juga kan kalau ada yang komentar seperti itu?
Ø Bisa membuka relasi dengan orang lain kita tidak harus berpikiran
negatif, dengan mencantumkan gelarmu di undangan bisa mendatangkan relasiyang baik
tau membuka jaringan kerja. Tamu undangan yang melihat bidang pendidikanmu yang
mungkin mempunyai bidang yang linier, bisa saja menawarkan kamu kerjaan dengan
prospek yang lebih cerah.
Dan terlebih
dari itu semua saya sendiri kalo ditanya nanti untuk menikah belum tentu akan
saya cantumkan gelar saya. Sebab kenapa. Karna samapai sekarang skripsi saya
saja belum selesai, masih sementara bimbingan untuk siding hasil. Tapi si doi
sudah punya lah gelarnya sendiri.
Mudah-mudahan tulisannya
bermnanfaat. Dan menjadi berkah untuk kita semua.
No comments :
Post a Comment